Tugas Kuliah Agama Islam - Konsep Ketuhanan dalam Islam

Wednesday, 23 July 2014



Tuhan ialah sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, di agungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kegembiraan atau rahmatnya dan juga merupakan sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya bila melanggar perintahnya.


            Ibnu Taimayah memberikan definisi tuhan sebagai sesuatu yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, takut dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertakwa kepada-Nya untuk keselematan dirinya di dunia dan akherat, dan juga tempat untuk meminta perlindungan kepada-Nya.

1.   Filsafat ketuhanan dalam Islam

            Filsafat adalah study tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi filsafat, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.

            Sedangkan Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.

            Dalam filsafat Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.

            Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut al-Qur'an terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda.  Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim)
           
            Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut al-Qur’an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang di ridhoi-Nya.”

            Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi
Filsafat ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep ketuhanan yang berdasar al-Qur’an dan hadits secara harafiah dengan sedikit spekulasi sehingga banyak pakar ulama bidang akidah yang menyepakatinya, dan konsep ketuhanan yang bersifat spekulasi berdasarkan penafsiran mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis.
Filsafat ketuhanan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits

            Menurut para mufasir(ahli agama), melalui hadis al-Qur’an (Al-’Alaq [96]:1-5), Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai hal termasuk diantaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya al-Qur’an adalah wahyu Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam al-Qur’an merupakan “penuturan Allah tentang diri-Nya”

            Selain itu menurut Al-Qur’an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-A’raf [7]:172). 
Artinya :   Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Al-A’raf [7]:172).

            Ketika masih dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan. Al-Qur’an menegaskan ini dalam surah Az-Zumar [39]:8 

artinya :  Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka" surah Az-Zumar [39]:8.

dan surah Luqman [31]:32.

Artinya :  Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar. (surah Luqman [31]:32).


Filsafat Tuhan berdasar spekulasi

            spekulasi adalah membuat suatu keputusan dengan pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki dan keyakinan untuk mendapatkan yang diinginkan, dengan pemikiran yang matang walaupun kadang hasil yang diterima tidak sesuai harapan.

            Sebagian ulama berbeda pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu, perbedaan tersebut belum sampai mengubah Al-Qur’an. Pendekatan yang bersifat spekulatif untuk menjelaskan konsep Tuhan juga bermunculan mulai dari berfikir rasional hingga agnostisisme (ada teorinya) dan lainnya dan juga ada sebagian yang bertentangan dengan konsep tauhid sehingga dianggap sesat oleh ulama terutama ulama syariat.

2.   Keimanan dan Ketaqwaan serta Implementasi Iman dan Taqwa dalam kehidupan Modern

a.   Keimanan
Iman secara etimologi : “at-Tashdiq”[1] (pembenaran). Akar katanya : “amina – yu’manu – amanan” (percaya). Iman secara terminologi : Keyakinan bulat yang dibenarkan oleh hati, dikrarkan oleh lidah dan dimanifestasikan dalam amalan dengan penuh keyakinan tanpa ada keraguan mengenai doktrin yang datang dari Allah dan Rasulullah SAW, sedangkan iman dalam arti umum imam adalah percaya dan meyakini bahwa Allah SWT adalah tuhan semesta alam.

            Pertama-tama kita beriman kepada Allah Iman itu melahirkan tata nilai berdasrkan ketuhanan Yang Maha Esa ( rabbaniyyah), yaitu tata nilai yang dijiwai oleh kesadaran bahwa hidup ini berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan.

Keimanan yang dimiliki oleh tiap-tiap individu manusia di alam dunia ini berbeda-beda. Bahkan dalam suatu Hadits disebutkan bahwa keimanan seseorang itu bisa meningkat dan berkurang. apabila seseorang muslim berkurang keimanannya  atau berkurang kegiatan ibadah yang dilakukan maka ia jatuh kafir (na’udzubillahimindzaalik) dan untuk menjaga keimanan tersebut maka ia dianjurkan untuk tetap menjaga keimanannya.

Wujud Iman Menurut Hasan Al Banna, ruang lingkup keimanan :
1.      Illahiah [sesuatu yang berkenaan dengan “Ilah” yaitu : Wujud Allah, nama-nama dan sifat Allah, perbuatan Allah]
2.      Nubuwwah [sesuatu yang berkenaan dengan Nabi atau Rasul, termasuk kitab suci dan mukjizat mereka]
3.      Ruhaniyah [sesuatu yang berkaiatn dengan metafisik ; malaikat, jin, iblis, setamn dan ruh]

Makna Iman
            Iman yang dimaknai dengan arti “percaya”, tidaklah salah. Pemberian arti “percaya” kepada iman itu tidaklah salah, tetapi tidak mencakup keseluruha maknanya. Karena itu, iman yang membawa rasa aman dan membuat orang mempunyai “amanat” lebih baik dari pada hanya sekedar “percaya” akan adanya Allah.
           
      b. Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi. Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ), sedangkan pengertian takwa dalam arti umum adalah mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.

1.  Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman.
2.  Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang – orang miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang yang meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
3.   Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal.
4.   Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.
5.   Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki semangat perjuangan.

            Dalam kehidupan modern ini, iman dan taqwa sangat diperlukan untuk menguatkan landasan hidup bagi manusia. Misalnya, dalam hal pendidikan, pekerjaan, keluarga, masyarakat, pergaulan, dan sebagainya. Tetapi kenyataannya saat ini banyak orang yang mengaku beriman tetapi mereka jarang sekali menerapkan iman dan ketaqwaan mereka dalam kehidupan. Sedangkan mereka sendiri mengaku sebagai umat Islam yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah SWT.

           
            Kehidupan modern telah membuat sebagian masyarakat lupa akan hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang wajib beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Mereka sibuk mencari kepuasan dan kenikmatan duniawi. Mereka lebih mementingkan kebutuhan materi dibandingkan dengan kebutuhan rohani. Semua rela mereka korbankan hanya untuk memenuhi hawa nafsu mereka.

          c.   Implementasi Iman dan Taqwa dalam kehidupan Modern

            Implementasi Iman itu mencakup tiga hal :

1. Ikrar dengan hati artinya menyakini bahwa tuhan itu memang ada.
2. Pengucapan dengan lisan, mengucapkan 2 kalimat syahadat
3. Pengamalan dengan anggota badan misalnya menjalan sholat, zakat.
           
            Implementasi Takwa  itu mudah diucapkan/ ditulis tapi sangat SULIT dilaksanakan. tapi itulah tantangan yang diberikan kepada kita untuk hidup didunia..

Cara Menjalankannya
> Pahami secara mendalam dan laksanakan kewajiban 5 Rukun Iman & 6 Rukun   Islam.
> dan segeralah bertobat apabila salah & khilaf.

Manfaat Implementasi iman dan Takwa
            Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.

a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
b. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
c. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan.
d. Iman memberikan ketentraman jiwa
e. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)
f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konseku
g. Iman memberikan keberuntungan
h. Iman mencegah penyakit.



No comments:

Post a Comment