Tuhan ialah sesuatu yang dipentingkan
oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai
oleh-Nya. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, di agungkan,
diharap-harapkan dapat memberikan kegembiraan atau rahmatnya dan juga merupakan
sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya bila melanggar perintahnya.
Ibnu
Taimayah memberikan definisi tuhan sebagai sesuatu yang dipuja dengan penuh
kecintaan hati, tunduk kepadanya, takut dan mengharapkannya, kepadanya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertakwa kepada-Nya untuk
keselematan dirinya di dunia dan akherat, dan juga tempat untuk meminta
perlindungan kepada-Nya.
1. Filsafat ketuhanan dalam Islam
Filsafat adalah study tentang
seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan
dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan
alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi filsafat, mutlak
diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Sedangkan Filsafat Ketuhanan
adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka dipakai
pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu
(terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di
dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para
manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia
ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari
pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran
tentang Tuhan.
Dalam
filsafat Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan
Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan
Hakim bagi semesta alam.
Islam menitik beratkan
konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid).
Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.
Menurut al-Qur'an
terdapat 99 Nama Allah
(asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang
mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama
Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut,
yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha
Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim)
Tuhan
dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang
personal: Menurut al-Qur’an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi
manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka
berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus,
“jalan yang di ridhoi-Nya.”
Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam
konsep Islam merupakan Tuhan sama yang disembah oleh kelompok agama Abrahamik
lainnya seperti Kristen dan Yahudi
Filsafat ketuhanan dalam Islam digolongkan
menjadi dua: konsep ketuhanan yang berdasar al-Qur’an dan hadits secara
harafiah dengan sedikit spekulasi sehingga banyak pakar ulama bidang akidah
yang menyepakatinya, dan konsep ketuhanan yang bersifat spekulasi berdasarkan
penafsiran mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis.
Filsafat
ketuhanan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
Menurut para mufasir(ahli agama),
melalui hadis al-Qur’an (Al-’Alaq [96]:1-5), Tuhan menunjukkan dirinya sebagai
pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai hal termasuk diantaranya
konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya al-Qur’an adalah wahyu Allah, sehingga
semua keterangan Allah dalam al-Qur’an merupakan “penuturan Allah tentang
diri-Nya”
Selain itu menurut Al-Qur’an
sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia sejak manusia
pertama kali diciptakan (Al-A’raf [7]:172).
Artinya : Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Al-A’raf [7]:172).
Ketika masih dalam bentuk roh, dan
sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan
saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi. Sehingga menurut ulama,
pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah
mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat
keberadaan Tuhan. Al-Qur’an menegaskan ini dalam surah Az-Zumar [39]:8
artinya
: Dan
apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada
Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan
nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa
(kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan
sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya.
Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu;
sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka" surah Az-Zumar [39]:8.
Artinya : Dan
apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka
sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan
tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia
lagi ingkar. (surah Luqman [31]:32).
Filsafat Tuhan berdasar spekulasi
spekulasi
adalah membuat suatu keputusan dengan pengetahuan dan pengalaman yang kita
miliki dan keyakinan untuk mendapatkan yang diinginkan, dengan pemikiran yang
matang walaupun kadang hasil yang diterima tidak sesuai harapan.
Sebagian ulama berbeda pendapat
terkait konsep Tuhan. Namun begitu, perbedaan tersebut belum sampai mengubah
Al-Qur’an. Pendekatan yang bersifat spekulatif untuk menjelaskan konsep Tuhan
juga bermunculan mulai dari berfikir rasional hingga agnostisisme (ada teorinya) dan lainnya dan juga ada sebagian yang
bertentangan dengan konsep tauhid sehingga dianggap sesat oleh ulama terutama
ulama syariat.
2.
Keimanan
dan Ketaqwaan serta Implementasi Iman dan Taqwa dalam kehidupan Modern
a. Keimanan
Iman
secara etimologi : “at-Tashdiq”[1]
(pembenaran). Akar katanya : “amina – yu’manu – amanan” (percaya). Iman secara
terminologi : Keyakinan bulat yang dibenarkan oleh hati, dikrarkan oleh lidah
dan dimanifestasikan dalam amalan dengan penuh keyakinan tanpa ada keraguan
mengenai doktrin yang datang dari Allah dan Rasulullah SAW, sedangkan iman
dalam arti umum imam adalah percaya
dan meyakini bahwa Allah SWT adalah tuhan semesta alam.
Pertama-tama
kita beriman kepada Allah Iman itu melahirkan tata nilai berdasrkan ketuhanan
Yang Maha Esa ( rabbaniyyah), yaitu tata nilai yang dijiwai oleh kesadaran
bahwa hidup ini berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan.
Keimanan yang dimiliki oleh tiap-tiap individu manusia di
alam dunia ini berbeda-beda. Bahkan dalam suatu Hadits disebutkan bahwa
keimanan seseorang itu bisa meningkat dan berkurang. apabila seseorang muslim
berkurang keimanannya atau berkurang
kegiatan ibadah yang dilakukan maka ia jatuh kafir (na’udzubillahimindzaalik)
dan untuk menjaga keimanan tersebut maka ia dianjurkan untuk tetap menjaga
keimanannya.
Wujud Iman Menurut
Hasan Al Banna, ruang lingkup keimanan :
1. Illahiah
[sesuatu yang berkenaan dengan “Ilah” yaitu : Wujud Allah, nama-nama dan sifat
Allah, perbuatan Allah]
2. Nubuwwah
[sesuatu yang berkenaan dengan Nabi atau Rasul, termasuk kitab suci dan
mukjizat mereka]
3. Ruhaniyah
[sesuatu yang berkaiatn dengan metafisik ; malaikat, jin, iblis, setamn dan
ruh]
Makna Iman
Iman
yang dimaknai dengan arti “percaya”, tidaklah salah. Pemberian arti “percaya”
kepada iman itu tidaklah salah, tetapi tidak mencakup keseluruha maknanya.
Karena itu, iman yang membawa rasa aman dan membuat orang mempunyai “amanat”
lebih baik dari pada hanya sekedar “percaya” akan adanya Allah.
b.
Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang
berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi. Sesuai dengan makna
etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang
diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten (
istiqomah ), sedangkan pengertian takwa dalam arti umum adalah mematuhi
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum
dapat dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.
1. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab –
kitab dan para nabi. Dengan kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini
dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman.
2. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada
kerabat, anak yatim, orang – orang miskin, orang – orang yang terputus di
perjalanan, orang – orang yang meminta – minta dana, orang – orang yang tidak
memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya.
Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat
manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
3. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau
dengan kata lain, memelihara ibadah formal.
4. Menepati janji, yang dalam pengertian lain
adalah memelihara kehormatan diri.
5. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu
perang, atau dengan kata lain memiliki semangat perjuangan.
Dalam
kehidupan modern ini, iman dan taqwa sangat diperlukan untuk menguatkan
landasan hidup bagi manusia. Misalnya, dalam hal pendidikan, pekerjaan,
keluarga, masyarakat, pergaulan, dan sebagainya. Tetapi kenyataannya saat ini
banyak orang yang mengaku beriman tetapi mereka jarang sekali menerapkan iman
dan ketaqwaan mereka dalam kehidupan. Sedangkan mereka sendiri mengaku sebagai
umat Islam yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah SWT.
Kehidupan
modern telah membuat sebagian masyarakat lupa akan hakikat manusia sebagai
makhluk ciptaan Allah SWT yang wajib beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Mereka
sibuk mencari kepuasan dan kenikmatan duniawi. Mereka lebih mementingkan
kebutuhan materi dibandingkan dengan kebutuhan rohani. Semua rela mereka
korbankan hanya untuk memenuhi hawa nafsu mereka.
c.
Implementasi Iman dan Taqwa dalam kehidupan Modern
Implementasi
Implementasi
Takwa itu mudah diucapkan/ ditulis tapi
sangat SULIT dilaksanakan. tapi itulah tantangan yang diberikan kepada kita
untuk hidup didunia..
Cara
Menjalankannya
> Pahami secara
mendalam dan laksanakan kewajiban 5 Rukun Iman & 6 Rukun Islam.
> dan segeralah bertobat apabila
salah & khilaf.
Manfaat
Implementasi iman dan Takwa
Pengaruh
iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa
pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.
a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
b. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
c. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan.
d. Iman memberikan ketentraman jiwa
e. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan
tayyibah)
f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konseku
g. Iman memberikan keberuntungan
h. Iman mencegah penyakit.
No comments:
Post a Comment